Monday, January 5, 2009

cappuccino dengan extra susu

Waktu kecil, kulit saya hitam. Sempat sekolah di SD yang sembilan puluh sembilan persen muridnya adalah warga keturunan yang pasti berkulit terang. Jadilah saya murid tergelap di kelas. Bahkan sering dipanggil "hitam", dalam bahasa ibu mereka tentunya.

Beranjak remaja, kulit saya tetap gelap. Kadang iri melihat para teman wanita yang berkulit putih bersih banyak dipuja teman pria. Dan berhayal bagaimana rasanya memiliki wajah cantik -kulit putih idaman para pria.

Memang dasar berkulit gelap, saat dewasa warna kulit saya tidak berubah. Definisi wanita cantik menurut kebanyakan pria asia adalah putih, langsing dan berambut panjang. Nggak heran jarang sekali saya punya pacar.

Tapi Tuhan itu adil. Setiap orang diciptakan berpasang pasangan. Walaupun berbeda warna kulit. Maka saya, si kulit "cappuccino" bersuamikan dia, si kulit "putih susu".

Ternyata kulit "cappuccino" yang biasa biasa saja bagi bangsa asia adalah cantik bagi bangsa kulit "putih susu". Demikian juga sebaliknya.

Jadi terpikir anak anak saya. Warna kulit mereka adalah "cappuccino dengan extra susu". Mudah mudahan mereka nggak merasakan apa yang dulu saya rasakan dan memang warna kulit tidaklah terlalu penting.