Monday, January 31, 2011

meratapi berat badan

Selamat tinggal karier super model! *dikemplang kiri kanan*

Saya menggemuk!! Dan menuduh Jakarta adalah penyebabnya. Empat kilo grams lebih berat dari berat sebelumnya saat masih tinggal di Bangkok, 7 bulan lalu.

Empat kg, nggak banyak kedengarannya. Tapi coba deh, beli daging sapi di pasar sebanyak 4 kg. Masukan ke dalam ransel lalu bawa terus ransel tersebut selama 24 jam. Berasa beratnya.

Maka tadi pagi, setelah merenung di samping timbangan sambil meratapi berat badan , saya intropeksi mengambil kesimpulan jakarta apa yang membuat saya gemuk dan perbandingannya saat di Bangkok dulu :

1. Makanan
Pulang kampung membuat saya rakus lapar terus terusan. Gimana nggak, kepengen bakso, tinggal beli. Nggak perlu ngayal sambil ngences 3 hari tiga malem lalu terpaksa bikin sendiri. Sambel goreng hati pakai petai sama lontong, tinggal minta tolong si "mbak" bikin. Nggak perlu tunggu setahun sekali saat KBRI bikin open house lebaran. Pengen makanan Padang tinggal ke "Sederhana", nggak cuma mimpi. Pengen makanan rumah, tinggal bertamu tanpa diundang lalu dengan terpaksa senang hati nyokap akan membuatkan.

2. "Personal trainers" (baca : Leonz Leah) saya, mengundurkan diri.
Dari pada lari larian dengan mamanya, mereka lebih memilih pergi menuntut ilmu ke sekolah sepanjang pagi dan siang hari. Sore hari mereka memilih "hang out" dengan anak anak di apartemen sebelah yang juga jadi meeting point para nannies. Saya.. nggak welcome.

3. Jakarta adalah kota yang kemana mana terpaksa harus pakai mobil.
Pernah mencoba sesekali berjalan kaki bersama anak-anak di sekitar gedung tempat kami tinggal. Hasilnya, upil jadi item. Terbukti, tingkat polusi tinggi banget. Masak iya, gara gara jalan kaki akhirnya kena ISPA. Belum lagi orang sering salah sangka melihat ke-eksis-an kita bertiga di jalan. Para supir taksi bolak balik berhenti nawarin naik taksi. Begitu juga metromini dengan kenek-nya yang semangat memanggil "neng..ayo neng!!". Mereka perlu belajar bahwa ada juga orang keren seperti kita yang mau jalan kaki.
Nggak ada lagi cerita jalan kaki kemana mana sambil menggendong anak dan menenteng tas belanjaan. Nggak pernah lagi jalan kaki keliling kota sekeluarga di hari minggu.

4. Nggak ada tekanan dari lingkungan.
Kalau nonton sinetron lokal dan melihat majalah mode Indonesia, pasti bayangannya orang Indonesia langsing dan cantik cantik. Kenyataannya, orang Indonesia memang cantik cantik tapi kebanyakan tidak langsing *tarik napas panjang, takut diguyur aer sama pembaca* . Jadi walaupun sudah naik 4 kg dari berat sebelumnya, orang orang akan menatap saya dengan pandangan nista saat saya bilang kalau saya kegemukan. Selain mitos "gemuk adalah lambang kebahagiaan", mereka pikir wajar dan normal wanita lebih besar ukurannya setelah menikah dan punya anak. Apalagi buat mereka yang telah berumur lewat 30 tahun *sumpah, kalimat terakhir bukan untuk saya. Saya baru jalan 24 tahun ini :P*
Berbeda dengan Bangkok. Di sana kebanyakan orang kebangetan lebih sadar akan penampilan fisiknya . Klinik kecantikan dan operasi plastik ada di mana, bahkan banci juga bisa cantik di buatnya. Postur tubuh wanitanya langsing langsing.
Pengalaman yang bikin saya ingin langsing sewaktu tinggal di Bangkok. Badan masih besar setelah melahirkan dan saya berbelanja baju.

Saya : "khun, do you have this model on my size?"
Khun tukan jualan baju : "no madam. You are big na... no big size kha!" kata si khun sambil memandang iba dari atas ke bawah. Huaaaaaaaa!!!

Besoknya, saya langsung diet.

Aniwey, dua bulan belakangan saya sempat mencoba mengatur pola makan. Nggak berhasil ternyata. Susah banget, plus begitu saya "bersenang-senang" sedikit, berat badan naik lagi. Berusaha naik turun tangga nggak pakai lift saat pulang ke rumah juga sudah di coba. Hasilnya betis saya kenceng, tapi perut tetep gendut :-(.

Entah faktor "U"sia atau mungkin saya musti lebih banyak bergerak. Plan A aka diet gagal total. Next ke plan B, seperti kata pepatah "diet nggak berhasil, gym bertindak", saya memutuskan untuk ikutan bergabung di gym gedung sebelah. Mudah mudahan berhasil dan nggak tergoda oleh makanan makanan enak di laintai 1.

Karena seandainya plan B gagal, uang saya nggak bakal cukup untuk lanjut ke plan C yaitu "mentok mentoknya sedot lemak", lol.

ps:
- saya ingin langsing karena ingin lebih sehat lho, bukan karena ingin gaya! *boong.com*
- ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut, buat yang bertanya tanya ;-)

2 comments:

Shanti Fahlevi said...

huahahahahaha... Aku ga membayangkan juga gimana kalo tinggal di Indonesia. Mudik sebulan aja bisa naik sampe 4kg..:))

Tapi aku punya teman, dia mudik 4 bulan summer tahun kemaren (summer school holiday kan emang panjang di sini), eh balik-balik langsung langsing!

Ternyata dia beneran diet dan bersepeda tiap hari (entah kena ISPA ato ga belum kutanyain). Heran deh.. kok bisa menahan diri ga kemaruk pas makan...:))

dwi willimann-krisnan said...

qiqiqiqi iya shan. Jujur ...2-3 bln pertama berat gue stabil, cenderung turun. Berikutnya..huaa huaaaaaaaaaa *nangis guling guling*

Ya ampunn liburannya lama amat 4 bln... *iri* liburan anak anak lama,.. liburan bojo cuman 21 hari soalnya heheheh.

Kayaknya nggak ISPA shan. soalnya kita jalan kaki di sudirman..hueheheh. pas macet macet pulak, sambil menghibur para pemakai jalan dan kenalan sama satpam plus anjing penjaga di gedung gedung sebelah..lol