Saturday, August 30, 2008

gaya ala penjual jamu

Seiring dengan pertambahan berat serta panjang badan Leah dan perkembangan mode ibu ibu muda trendih saat ini, saya memutuskan untuk ganti profesi.

Dari seorang pedagang asongan......,


........ menjadi mbak-mbak mbakul jamu!



Saya bukan penggemar stroller. Sejak tinggal di Bangkok dan menjadi "BTS lover", baby carrier dan baby sling adalah solusi terbaik. Merasakan baby Leah menempel di tubuh saya setiap kali berpergian membuat kami merasa lebih dekat satu sama lain, aman dan nyaman. Gerakan alami saat si ibu berjalan juga baik untuk berkembangan otot si bayi. Konon katanya, bisa memperkuat otot leher si bayi. Dan tetep terlihat trendiih tentu saja :-P.

Bicara tentang trendy, sling/gendongan bayi jaman skarang lucu lucu lho motifnya. Memang sih, kalau belum terbiasa agak ribet memakainya. Tapi dengan banyak berlatih di rumah dan bergabung dengan Bangkok Babywearing Club (ternyata menggendong bayi ada clubnya juga lho . Bahkan mereka secara berkala mengadakan Konferensi International khusus tentang menggendong bayi secara tradisional. Gaya ya...!) akhirnya sekarang saya mulai terbiasa dan percaya diri menggunakan Mei Tai sling untuk menggendong (jamu...) Leah.


Oh ya, kerjaan mbakul jamu ini terkadang digantikan oleh suami saya saat weekend. Dengan bakul yang berbeda tentunya. Selain merasa tidak macho dengan motif kembang, bakul jamu saya terlalu ribet dipakai katanya. Swami saya lebih memilih bakul yang lebih besar terbuat dari besi yang lebih berat tentunya, berwarna merah tanda berani sehingga memberi kesan si pembawa bakul adalah pria kuat dan macho yang pemberani...hohohohoho!!!


(dibaca dengan suara cempreng nan merdu serta logat Jawa yang kental :-P) Jammmuuuu... jammmuuuuu...!!!! Jamuuuuu nya Mas! Jamu sehat, jamu kunyit aseeemmm...




Saturday, August 23, 2008

konflik perbatasan

Sekarang saya mengerti kenapa orang bisa bunuh-bunuh-an gara gara masalah batas halaman rumah dengan tetangga,
mengerti kenapa Indonesia - Malaysia sempat panas gara gara Sipadan-Ligitan,
kenapa ribut ribut tentang temple di perbatasan Thailand dan Cambodia sampai saat ini belum selesai, ....

... karena saya juga sempat mengalaminya. Melibatkan warga negara asing yaitu Swiss (suami saya) dan Indonesia (saya sendiri) terjadi di Thailand.

Walau sempat memanas selama beberapa hari, dengan "win win solution" dan didasarkan itikad baik serta rasa cinta yang mendalam, akhirnya kita sepakat mengakhiri situasi panas tersebut. Maka ditandatangani "the willimann's bathroom sink agreement", yang isinya setelah di terjemahkan ke bahasa Indonesia antara lain :
  • Bathroom sink di master bedroom dibagi menjadi dua bagian/wilayah dengan pembatas kuning. Masing masing pihak mempunyai wilayah sink-nya masing masing seperti yang telah disepakati dan menjaga agar barang barang pribadinya tidak bertebaran (baik secara disengaja maupun tidak disengaja) di wilayah sebelahnya.
  • Barang barang yang merupakan milik bersama dan digunakan bersama sama (dalam hal ini berupa satu kotak tissu coklat serta satu keranjang plastik berisi kapas pembersih muka, pasta gigi, korek kuping serta gunting) diletakkan tepat ditengah tengah antara wilayah masing masing pihak.
  • Setelah digunakan, masing masing pihak wajib mengembalikan barang barang milik bersama tersebut di tempatnya semula.
  • Fasilitas yang menyangkut hajat hidup kedua belah pihak yang dalam hal ini adalah colokan listrik yang kebetulan berada di wilayah sink pihak Swiss, adalah fasilitas bersama yang digunakan bersama sama. Oleh karenanya sikat gigi elektronik yang merupakan milik bersama serta digunakan bersama sama, diletakan di wilayah sink Swiss.
  • Untuk menjaga hal hal yang tidak diinginkan, masing masing pihak dapat menurunkan petugas keamanan di sekitar daerah perbatasan. Sedangkan di wilayah netral, yaitu diseputaran sikat gigi bersama dan colokan listrik akan dijaga oleh petugas keamanan dari pihak ke tiga yang netral.
  • Masing masing pihak wajib mematuhi isi perjanjian ini.
Dibawah ini adalah foto dari daerah konflik :


daerah konflik terlihat dari kejauhan


situasi di perbatasan, para petugas dari masing masing pihak dalam posisi siap siaga



petugas keamanan dari pihak ke-3 yang sedang berjaga di wilayah netral

Wednesday, August 20, 2008

pengemis

Salah satu hal yang saya senangi dari Bangkok adalah bersih, nggak banyak pengemis, pengamen dan pedagang asongan. Walaupun ada beberapa, mereka sangat sopan dan tidak memaksa seperti di Indonesia. Mereka hanya duduk dan menunggu, nggak pakai ngeyel apalagi sampai membututi (pernah lho, mobil saya diludahi pengemis di lampu merah di Jakarta gara gara tidak memberi uang. haduh.. sakit hati rasanya).

Pernah hmmm sudah lama sih, tahun lalu. Untuk pertama kalinya saya melihat orang kulit putih mengemis di Bangkok, di depan Central Chitlom. Saya pikir albino, dari kejauhan. Ternyata beneran bule. Gila ya, para expat benar benar ingin menguasai ladang kerjaan orang lokal :-P. Dan sewaktu iseng saya ketemu ini untuk liputannya.

Baru baca di Bangkok Post hari ini kalau keberadaan pengemis akan lebih diatur. Nggak sembarangan orang bisa jadi pengemis. Mereka harus memenuhi persyaratan tertentu, baru kemudian mengajukan lamaran untuk menjadi pengemis dan mendapatkan ijin kerja. Keren ya, pakai working permit gitu.

Oh ya jadi inget lagi, sewaktu liburan di Bali kemarin kita sempet ketemu pengemis juga. Sempet ambil fotonya pula. Pola-nya sama seperti dimana mana, yaitu memakai anak kecil sebagai pembelas kasihan. Melas banget sih kelihatannya, soalnya si anak sampai makan pasir karena kelaparan. Lihat deh, fotonya :


"Mister...mister!!! Money...plese. Me and my mommy hungry.. no food last 4 days"

Monday, August 18, 2008

aroma bangsa-bangsa

Disclaimer : postingan di bawah ini tidak bermaksud menjelek jelekan suku dan ras tertentu tapi hanya sekedar sedikit membagi cerita tentang bau.

Walaupun pesek, hidung saya lumayan sensitif terhadap bau bau-an terutama yang dikeluarkan oleh tubuh. Bukan... bukan bicara tentang kentut. Bagi saya bau kentut adalah aroma yang universal, tanpa membedakan suku, ras dan agama pada umumnya bau-nya sama saja :-P. Namun ada be-bau-an khas lain yang dikeluarkan oleh tubuh, yang sering tanpa melihat saya tahu dari mana si pemilik bau berasal.

Bau Arab
Hmmm.. orang Arab yang saya endus di Bangkok (para tamu hotel, turis dan pasien di Bamrungrad) bau parfum. Benar lho, dari jauh sudah terbawa angin bau wangi parfum yang berlebihan. Dan tidak lama kemudian biasanya lewat rombongan Arab lengkap dengan abaya hitam hitam-nya.


Bau Bule

Waktu kecil dulu, saya sekolah di SD Khatolik. Salah satu Bruder-nya (let's say Bruder X), orang Londo (Belanda maksutnya :P) dan seminggu sekali mengajar suling dan biola. Bruder X yang memakai sepeda sebagai alat transportasi selalu berkeringat setiap kali mengajar. Saya sebagai murid yang baik dan selalu (terpaksa) duduk di barisan paling depan, terpaksa mencium aroma bau badan Bruder yang hmmm... sulit digambarkan tapi mungkin ini yang disebut bau bule. Campuran antara bau keringat, sedikit asam keju ditambah wine/alkohol basi. Kebayang nggak?

Selanjutnya, saya sering meng-endus bau yang sama setiap berada disekitar orang bule. Terutama para bule yang mungkin membawa kebiasaan jarang mandinya ke negara iklim tropis. Lucunya saya sama sekali nggak mengendus bau bule pada suami saya. Mungkin karena suami saya sering mandi atau mungkin hidung saya tertutup oleh cintaaaa... :-P

Bau Cina
Tadinya saya nggak pernah tahu bau Cina, sampai akhirnya kita tinggal di Cina. Orang Cina yang tinggal di mainland sana mempunyai dua macam bau. Pertama, bau aroma mulut yang bisa tercium dalam radius 3 meter saat bercakap cakap. Bau-nya merupakan gabungan dari bawang putih dan kol busuk yang berasal dari perut. Menjadi lebih parah lagi apabila malam sebelumnya mereka banyak minum alkohol. Duh, saya sempat bertanya tanya apa orang Cina nggak suka ciuman dengan pasangannya ck..ckck...

Oh ya, kedua bau yang berasal dari badan. Ini biasanya terjadi saat musim dingin. Saya mengerti, tidak semua orang mempunyai fasilitas air hangat dirumahnya. Sehingga mereka jarang mandi saat musim dingin. Hanya huaaa... baunya saya tidak tahan.

Untuk menghindari bau, sewaktu tinggal di Cina kita sangat anti naik taksi. Saya lebih memilih jalan kaki dalam hujan dan salju serta kedinginan daripada naik taksi bau.


Bau India
Katanya orang India bau kelek. Saya kurang percaya, sampai akhirnya kita pindah ke Bangkok. Di Bangkok banyak orang India, baik turist maupun para imigrannya. Dan memang, kebanyakan dari mereka bau kelek.

Efek dari makanan India yang kaya akan rempah rempah merupakan penyebab bau kelek. Hmmm.. kok bisa ya. Untung aja manusia keleknya cuman dua, coba kalau empat. Kebayang nggak gimana baunya? (garink.com)

Bytheway, walaupun nggak sering tapi saya suka makanan India. Untung di saya efeknya hanya perut kembung dan bau universal (baca: buang angin) sesudahnya, bukan bau kelek.


Bau Papua
Nah, bau yang satu ini benar benar nggak bisa digambarkan. Yang pasti bau-nya tajam menyengat bisa di-endus dari radius 10 meter bahkan lebih saat terbawa angin. Bau badan ini terutama dimiliki para penduduk asli-nya yang masih tertinggal di pedalaman. Saya nggak ngerti, ini berasal dari makanan yang mereka makan atau karena jarang mandi.

Sempat apes sewaktu saya tinggal di Timika, Papua. Iya, saya memang anti angkutan umum bau. Suatu saat saya kesiangan. Teman baik hati yang biasanya memberi saya tumpangan ke kantor sudah lebih dulu berangkat. Mau berjalan kaki, saya sudah sangat terlambat. Akhirnya saya menyetop angkot pertama yang lewat.

"Amann.....yay!!!", pikir saya sambil bernafas lega. Angkotnya kosong dan saya terbebas dari bebauan Papua yang akan membuat perut kosong saya mual.

Namun apes nggak dapat ditolak, di tikungan berikutnya angkot saya distop serombongan penduduk asli lengkap dengan anak anak-nya yang sedang ingusan :-( . Huaaaa!!!

***********************

Ternyata benar ya peribahasa yang kita pelajari jaman SD dulu "Lain padang lain belalang, lain bangsa lain pula bau-nya" :-P.

Oh ya, efek positif dari sering berada di sekitar sumber bau membuat saya menguasai tehnik menahan napas panjang dan bernapas (dalam lumpur) dengan mulut. Nggak mungkin khan saya menutup hidung terus terusan. Bisa tersinggung nanti si biang bau hehehehe.

Oh ya lagi, di bawah ini adalah gambar yang berhubungan dengan bau-bau-an yaitu aroma universal. Nggak jelas siapa si sumber penyebar aroma (yang jelas bukan si pemotret), tapi terlihat disini Leonz telah mendalami tehnik bernapas dengan mulut (perhatikan, mulut Leonz terbuka) sedangkan Leah masih memakai cara lama yang kurang sopan yaitu menutup hidung.



Ah ya, yang terakhir. Ada yang mau menambahkan be-bau-an yang lainnya, anyone? :-)

nongkrong strategis

Leonz mencari tempat nongkrong baru yang harus asik, yang harus memenuhi persyaratan antara lain : tidak terlalu jauh dari rumah, harga terjangkau untuk kantong "abg tanggung", dan yang terpenting asik buat melihat dan dilihat abg cantik (dan lelaki ganteng tentunya, agar mommy nggak bosen nemenin hohohohoho).

Maka dimulailah pencarian :

1. Starbuck Amarin Plaza
Ditemani seluruh keluarga. Tempatnya asik dengan sofa empuk, tapi sayang lokasinya terlalu jauh rumah, setopan ketiga setelah Phayathai BTS ditambah jalan sedikit.

Next....



2. Bakery Rumah Sendiri

Dibawah pengawasan para ibu dan bersama Leonz's best buddy, Luke the Duke ( mereka menamakan dirinya "the dude" and "the duke" ). Bakery rumah sendiri sudah jelas makanannya nyummy, lokasinya di pekarangan rumah sendiri sehingga tidak perlu keluar rumah. Tapi sayangnya: satu nggak ada abg cantik yang lalu lalang dan kedua... (ini gawatnya) semua staff di bakery rumah sendiri kenal dengan mommy dan daddy. Akibatnya nggak bisa melakukan tindakan yang memalukan (baca: lompat lompat sembarangan, lempar batu ke kolam, kejar kejaran naik turun tangga, semburan semburan pake sedotan, dan tingkah laku minus lainnya).

Mommy selalu bilang, "Mas Leonz,... please behave bla..bla..bla....!". Jadi lebih baik mencari tempat di luar rumah sendiri :-P.

Selanjutnya .....

3. P & F Coffee, dekat rumah sendiri


Masih ditemani the Duke. Lokasinya perfect. Hanya dua ratus langkah gede-gede (kalau saya nggak kelewatan menghitungnya :P) dari rumah sendiri, di pinggir jalan besar, dengan dua kursi empuk mungil di pojokan, dapat melihat (dan dilihat tentunya) dengan jalan ke jalan raya, dan banyak abg cantik lalu lalang. Pas banget, katanya Leonz lho. Walaupun nggak ada makanan kecil tapi minumannya nyummm.

Yesss... we found the place!

Friday, August 15, 2008

tentang ASD dan anak ganteng saya

Have you ever wondered why:
Some children don’t answer when you talk to them.
Some children don’t talk at all, even though they are big and at school.
Some children talk only about dinosaurs or space.
Some children flap their hands or twirl around.
Some children play with string or other funny things.
Some children don’t go away even when you ask them to.
Some children walk round and round the playground all by themselves.

These children may have an Autism Spectrum Disorder (ASD).

An Autism Spectrum Disorder (ASD) occurs when a baby’s brain develops a little differently before of just after they are born. The brain processes or interprets information differently.

People who have an ASD have difficulty communicating and learning how to be friends with other people. They often want things to be the same and may need to do things in exactly the same way every time.

People who have an ASD also sense things differently from many other people. Loud noises, like the school bell, can hurt their ears and they may not like the way certain things feel. They may like to stare at leaves moving in the trees but hate the swirling lights at the school disco. They may only want to eat exactly the same things or they may not like the way some food smells. People who have an ASD are different from each other just like us, we are different each other too.

Some people who have an ASD can talk, but they usually expect you to say exactly what you mean, if you say “Jump to it!” when you mean “Hurry up,” the child who has an ASD will probably start jumping.

Other people, who have an Autism Spectrum Disorder, use pictures or photographs to communicate with other people.

Some people who have an ASD can do their school work quickly, while other people find it difficult to learn to read and write. Some people who have an ASD want to be alone while others want to have friends, but don’t know how to make them.

There are different types of Autism Spectrum Disorder, which have different names; these include Autism and Asperger’s Syndrome.

An ASD is something that people have all their lives. However, as they grow they learn more and more about the world. Many people who have an Autism Spectrum Disorder will have a job and live independently when they grow up.

diambil dari : http://www.gvoness.com

...... dan Leonz, si anak ganteng saya adalah salah satu penyandang ASD. Walaupun dia berbeda dengan anak anak normal pada umumnya namun kita mencintai dia apa adanya, sepenuh hati. Nggak ada salahnya terlahir sebagai "orang yang berbeda dari kebanyakan" karena toh setiap individu adalah unik.



Saturday, August 9, 2008

roll rambut

"Huaaa ntar kalo loe jadi istrinya udah deh siap siap aja. Tinggal di komplek aparat, trus tiap pagi belanja sayur di depan rumah sambil ngobrol sama tetangga dengan rambut di roll serta dasteran ....hihihi!", goda teman saya diiringi tawa sepuas puas-nya long long time ago. Saat itu saya berpacaran dengan mas penegak hukum.

Walaupun pada akhirnya saya nggak berjodoh dengan mas penegak hukum, nggak tinggal di komplek aparat, nggak berbelanja sayur di depan rumah sambil ngobrol dengan tetangga, dan nggak dasteran yang pasti (suami saya adalah lelaki anti liat istri dasteran :-P) ..... tapiiii kenyataannya saya tetap memakai roll rambut.

Rambut saya halus dan cepat lepek. Supaya (saya terlihat cantik-an dikit) lebih indah mengembang alami setiap saat dan terutama saat kondangan, saya selalu menggunakan roll rambut setelah mandi. Semakin penting acara yang akan saya hadiri, semakin banyak roll rambut yang saya pakai.

Selain mempercantik diri, roll rambut juga berguna sebagai "mommy going out indicator" untuk anak anak saya. Empat roll rambut di kepala, Leonz dan Leah masih tenang. Namun, bila saya memasang sepuluh roll rambut Leonz terlihat panik dan mulai unjuk rasa "don't go mommy!!" sementara Leah selalu mengikuti saya dari belakang sambil berulang kali menunjuk roll rambut saya sambil berkata "uhg..ugh!" dengan bibir manyunnya.

Bicara tentang rambut ibu ibu, sadar nggak kalau di Indonesia (dan di Thailand ternyata juga lho) terutama di kalangan pemerintahan, rambut juga berfungsi sebagai "status indicator". Perhatiin deh, semakin tinggi jabatan suami maka semakin tinggi pula sasakan rambut sang istri :-P !